Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/04/membuat-teks-berjalan-di-menu-bar.html#BWhEXwBxGhj3AhI7.99 dendenrc.blogspot.com: 2013

Sabtu, 07 September 2013

APPRIACH TO PATIENT

APPRIACH TO PATIENT

Because a majority of patients who com to the dental office are active people with good general health, the adjustment to the relatively helpess, chro nically ill person is sometimes difficult. One may tend to be oversolicitous, an attitude that may not contribute to the development of a cooperative patient.

Usually a direct approach with gentle firmness is most successful. Establishment of  rapport with the patient  may depend in  part on whether the patient has requested and anticipated the appointment or whether those carring for the patient have insisted on and arranged for the visit.

A. Personal factors
  • The well-adjusted chronically ill person may show more appreciation for the care provided than does the healthy patient who comes to the dental office.
  • An ill patient may be well aware of the diffidulties under whichthe  clinician is working.
  • Cooperation obtained may depend on the patient’s attitude to ward the illness or disability.

B. Effects of Inactivity
A prolonged illness that may have been accompanied by suffering is not conducive to a healthy outlook on life. Monotonous confinement contributes to the development of characteristics such as those that  follow.
  • Unable to maintain a cheerful attitude
  • Bored or dissatisfied with sameness of daily routine
  • Easily depressed
  • Discouraged about recovery; leads to mental state that may retard recovery
  • Sensitive and easity offended
  • Demanding; enjoys being waited on if used to having prompt attention to each request
  • Indifferent to personal appearance and general rules of personal hygiene
  • Preoccupied with details of medical examinations, tests, treatment, medications, and  symptoms.


C. Suggestions for General Procedure
  1. Request the caregiver to be present to assist as needed and to luarn method for care of the patient’s mouth on a daily basis. Other visitors should be asked to remain out of the room during the appointment to prevent distraction of patient
  2. Introduce each step slowly to be sure patient knows what is being done
  3. Do not make the patient feel rushed. Listen attentively; socializing is one of the best ways to establish rapport
  4. Regardless of inconvenience of arrangements plan tho or more appointments when extensive scaling is required.

  • Need to avoid tiring the patient
  • Need for observing tissue response
  • Need to give encouragement in biofilm control procedures


Selasa, 09 April 2013

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Perawatan Kebersihan Gigi Mulut Pada Lansia Di Desa Jambon Kabupaten Temanggung (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-budicahyop-6502-1-abstract-h.pdf)

Hubungan karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi makanan kareogenik dengan keparahan karies gigi anak sekolah dasar: survei pada anak sekolah dasar di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya
(http://eprints.undip.ac.id/8535/)

Pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penyakit gigi orang tua terhadap karies gigi anak: Studi di Kabupaten Fakfak
(http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=27891&obyek_id=4)

Pengaruh Pelatihan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Guru-guru Sekolah Dasar di Wilayah Jatinangor.
(http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Upaya%20Peningkatan%20Derajat%20Kesehatan%20Gigi%20dan%20Mulut.pdf#page=73)

Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di Kec. Palaran Kotamadya Samarinda Prop. Kaltim
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-10.pdf

Perbedaan daya hambat terhadap streptococcus mutan dari beberapa pasta gigi yang mengandung herbal
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-05.pdf

Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang
http://www.pdgi.or.id/assets/jurnal/2/jurnal-2-Naskah_2_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf

Efek berkumur seduhan daun sirih terhadap indeks plak gigi
http://repository.maranatha.edu/2715/

Hubungan pola makan makanan kareogenik sehari-hari terhadap karies gigi anak pra sekolah (studi kasus di TK Aba Bodeh Gamping Selatan)
http://eprints.undip.ac.id/4833/

Hubungan pengetahuan, sikap dan praktek kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian karies gigi (studi kasus pada SD Melati dan SD Sendang Adi I Kec. Melati Kab. Sleman Yogyakarta
http://eprints.undip.ac.id/20344/1/2970.pdf

Hubungan tingkat pendidikan, sikap dan pengetahuan orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/2376/KARIES%20GIGI%20PADA%20ANAK.pdf?sequence=1

Perbandingan media powerpoint dengan plif chart dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/179/187

Dampak karies gigi dan penyakit periodentalterhadap kualitas hidup
http://library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf

Peran komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan gigi
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-3-06.pdf

Beberapa faktor resiko karies gigi pada anak dengan keterbelakangan mental (studi kasus pada siswa SDLB negeri Purworejo
http://eprints.undip.ac.id/37937/1/3368.pdf

Jumat, 05 April 2013

Cara yang efektif belajar

Cara mengatasi kebosanan dalam belajar

Cara cepat mengingat yang dibaca

Study skill & Methody

Cara Merencanakan hari Anda

Mengelola Waktu (-stress => +kebahagiaan)

Manajemen Waktu

Arti Kepemimpinan

Makna Team

Team Leader

Team work

Maslow's Hierarchy of Needs

Motivasi diri

boss dan pimpinan

Motivasi Hidup

Motivasi

Minggu, 31 Maret 2013

Petunjuk Praktekum Smt IV


Hubungan Perawat - Pasien

Konsep Komunikasi Terapeutik 1

Pengertian

Purwanto (1994) yaitu : Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasidan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan menurut Kozier et. al (2000) komunikasi terapeutik dapat dipresepsikan sebagai proses interaksi antara pasien dan perawat gigi yang membantu pasien mengatasi stress.

Fungsi Komunikasi Terapeutik


Menurut Purwanto (1994) adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan diantaranya. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan perawatan.
Menurut Dwidiyanti (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat profesional selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap berinteraksi yang dilakukannya menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan pasien tumbuh dan berkembang.

Tujuan Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), adalah:
  1. Meningkatkan kemandirian pasien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri
  2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi
  3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai
  4. Meningkatkan kesejahteraan pasien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis

Ciri-ciri Komunikasi Terapeutik

Menurut Arwani (2002), adalah:
  1. Keiklasan. Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan pasien. Perawat yang mampu menunjukan rasa keikhlasannya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap pasien sehingga mampu untuk mengkomunikasikan secara tepat
  2. Empati. Emapati merupakan perasaan "penerimaan" perawat terhadap perasaan yang dialami pasien dan kemampuan merasakan dunia pribadi pasien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialamiorang lain.
  3. Kehangatan. Dengan kehangatan seorang perawat akan mendorong pasien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki. Suasana yang hangat, menunjukan adanya rasa penerimaan perawat terhadap pasien. sehingga pasien akan mengekpresikan perasaannya secara lebih mendalam.


Prinsip Komunikasi Terapeutik

Menurut Keliat Anna (1996), adalah:
  1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri dan pasien.
  2. Komunikasi antara pasien dan perawat harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya dan menghargai
  3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
  4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
  5. Perawat harus menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan dan rasa frustasi
  6. Perawat harus memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik
  7. Perawat harus mempunyai kejujuran dan keterbukaan dalam berkomunikasi agar terjalin hubungan terapeutik
  8. Perawat harus mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, spritual dan gaya hidup
  9. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut
  10. Perawat harus mempunyai rasa puas bila dapat memberikan kepuasan dengan menolong orang lain
  11. Perawat harus berpegang teguh pada etika dan punya rasa tanggung jawab baik pada dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

Tahapan Komunikasi Terapeutik

Pengikut blog